Hidup itu harus santai, namun santai bukanlah segalanya
![]() |
Gambar Ilustrasi |
Pada artikel saya kali ini saya, penulis akan coba menyampaikan perspektif sikap “Santai” yang saya pahami dan tentunya
supaya ada variasi entah itu korelasi maupun komparasi dari pengalaman orang
lain yang bisa saya tangkap saja yang bisa saya deskripsikan. Menurut KBBI “Santai” dapat diartikan bebas dari
rasa ketegangan; dalam keadaan bebas dan senggang, misal; Ia duduk dengan santai di teras rumahnya. Dari arti
yang disampaiakan, bisa saya jelaskan syarat mutlak untuk santai itu adalah wajib harus memperhatikan keadaan(situsi dan
kondisi) serta waktu dan mengenai tempat tidak saya rekomendasikan. Mengenai
tempat itu bebas, mau dimanapun kita tunjukan sikap santai OK.
Kemudian versi saya sendiri, santai dapat diartikan suatu sikap yang kita sebagai individu miliki, mungkin sifatnya alami, tergantung kesadaran saja yang akan membedakan, yaa ibarat kalau kita sudah lapar pasti kita berusaha untuk memenuhinya dengan cara makan. Ya tentunya ada yang kurang tercukupi di dalam pemenuhannya, ada yang cukup bahkan ada yang kelebihan atau rakus. Namun versi lain yang saya pahami untuk secara mendasar mengenai sikap seperti ini itu bisa kita pelajari. Mengenai caranya yang bisa saya sampaikan itu dengan mengedepankan kepandaian dan kecermatan di dalam memahami kondisi dan situasi yang kita alami kemudian mengenai tempat dan waktu saya rasa bisa dimaklumi. Mengapa saya mengedepankan kepandaian dan kecermatan, prinsipnya kita harus lebih banyak belajar, lebih dulu memahami materi, metode, strategi dan lain-lain. Ibaratnya investasi dan belajar mengatur supaya kelak terkait situasi dan kondisi bisa kita kontrol, paling tidak mengenai bagian dari diri sendiri saja dulu. Dengan kita lebih dahulu memahaminya, maka mulai dari waktu, tempat, susunan kegiatan, pola-pola di dalam menemukan pemecahan suatu masalah itu tidak jadi halangan. Kemudian setelah itu barulah rasa cemas, panik, gusar (lawan dari sikap santai) yang muncul pada saat emosi kita terpecah bisa terkonsentrasi kembali menjadi semangat. Nah setelah itu barulah kita bermain pola-pola atau perubahan sikap awalnya yang semangat menjadi santai sesaat dengan menurunkan intensitas dan efektifitasnya. Sebenarnya cara yang lain yang saya pikirkan itu ada, namun di dalam mewujudkannya yaa terbilang sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama, tergantung kesiapan orangnya yang ingin diajak santai. Paling tidak seperti cara yang saya sampaikan di atasa saja dulu, baru nanti setelahnya kita bagikan ke orang-orang seperti pada artikel yang saya tulis ini.
Konkretnya, sifat santai seperti ini bisa kita lihat di berbagai macam aktifitas mulai dari yang sifatnya pembiasaan hingga spontan. Pembiasaan dengan sedikit perencanaan, misal setiap hari ngopi di pagi dan siang hari yang ditemani sebatang rokok dan beberapa potong kue, kemudian di hari minggu karena libur, malamnya begadang nonton bola kemudian bangun paginya agak siangan sedikit, setiap sebulan sekali cuci motor sendiri dengan banyak busa dan setelah bersih dan glowing atau kelihatan bercahaya kemudian memandanginya sampai mata ini benar-benar puas. Kemudian yang spontan atau tanpa perencanaan biasanya berlaku disela-sela kita dalam kegiatan, semisal memejamkan mata sejenak, melihat pemandangan yang dirasa meregangkan otot-otot syaraf semisal, pemandangan alam, karya seni, termasuk lawan jenis (kata teman saya), mendengarkan musik tradisional modern maupun kontenporer yang di rasa enak di dengar dengan sesekali menembangkan beberapa baris dalam syair lagunya, kemudian ikut beraktifitas entah itu menari yang baru-baru ini saya rasa juga menumbuhkan sifat santai saya ini. Apa yang saya sampaikan mengenai jenis-jenis aktifitas yang timbul dari sikap santai ini adalah suatu hal yang mungkin dilakukan juga oleh banyak orang, namun di dalam penerapannya supaya memenuhi syarat dari sikap yang santai tentunya butuh proses. Butuh hasil yang benar-benar bisa mencerminkan sifat santai tersebut, bukan pencitraan tetapi benar-benar munculnya dari penyesuaian terhadap pemahaman situasi dan kondisi di dalam diri.
kemudian yang ingin saya tekankan pada artikel kali ini, apakah sikap santai bisa menimbulkan suatu permasalahan terhadap diri kita sendiri maupun orang lain. Menurut saya jawabannya itu relatif sekali. Pada dasarnya yang namanya sikap setiap orang itu berbeda-beda di dalam melihat suatu fenomena, masalah, serta gejala yang timbul di dalam kita beraktifitas. Sikap yang berbeda ini bentuknya beragam, bisa santai, malas, jujur percaya diri, takut, berani dan lain sebagainya. Nanti sikap inilah yang akan berperan terhadap sikap serta karakter kita pada saat mengalami suatu permasalahan. Ada yang sikap serta karakternya utuh di dalam melihat suatu masalah. Misal menyampaikan hal-hal yang terlebih dahulu sudah dipelajari dan dikuasai kemudian setelahnya hanya duduk diam saja karena baru sadar banyak hal yang perlu dipelajari. Kemudian ada yang bisa di kolaborasikan dengan pemahaman serta sifat yang lain. Misalnya apabila ada yang mengajak ngobrol atau curhat, bahkan kegiatan yang formal seperti acara rapat, kita bisa meletakan kolaborasi dari berbagai sikap serta pemahaman ini di depan supaya lebih cepat proses pengenalannya, terkadang di tengah dalam bentuk candaan untuk mencairkan suasana yang kaku, kemudian sebagai penutup dalam suatu kegiatan dengan menyampaikan kesan dan pesan yang positif atau yang nyeleneh yang tentunya dapat memotivasi orang lain. Kalau hal seperti ini yang kalian ikuti mungkin permasalahan jarang yang mengikuti. Tetapi kalau model yang lain, seperti kukuh terhadap sifat serta karakter santai ini di dalam mengatasi suatu permasalahan yang akan menimbulkan permasalahan baru. Misal pada saat diajak ngobrol dengan temen atau pada saat rapat kita tidur, kemudian nyanyai yang gak jelas, gestur yang yang gak jelas dan terkesan aneh dan berlebihan. Mungkin kesalahan yang timbul dari sikap ini tidak tergolong substansial, namun yang namanya masalah tetep menjadi masalah yang tentunya akan mempengaruhi kita nantinya di dalam pengambilan suatu keputusan.
Nah kurang lebih seperti itu yang penulis pahami mengenai sifat atau hal yang lebih mendasar mengenai karakter santai. Mudah-mudahan pada artikel kali ini bisa dipahami serta dapat memotivasi. Terakhir sebagai penutup jangan lupa“ hidup itu harus santai, namun santai bukanlah segalanya”. Sekian
Komentar
Posting Komentar