Blacky
Pada artikel saya yang ke 2 ini menceritakan tentang ke-naif-an saya dalam melihat suatu persoalan, permasalahan. Ke-naif-an ini muncul didasari karena pemahaman serta tingkat kematangan saya yang kurang teruji. Mengenai dampak, kemudian bagaimana cara menjaga perasaan itu sudah saya pikirkan sebelumnya dan saya lalui tanpa terkendala, namun namanya masalah akan slalu menyertai. Mungkin di atas masalah ada masalah lagi yang akan menunggu atau secara bergilir habis kena masalah yang satu kemudian tanpa di sadar muncul lagi masalah yang ke dua. Kenapa saya Naif yaa? Menurut KBBI, Naif dapat di artikan sebagai sifat jujur, polos atau lugu. Mungkin karena sifat ini lah saya kira solusi setiap permasalahan itu sama, memang ada kesamaannya, namun perbedaannya saya juga anggap sama mungkin. Ehmm. Kemudian proses setelah itu saya lupa belajar dan mengambil hikmahnya. Mungkin pada suatu tahapan saya bisa dianggap tepat di dalam mengambil keputusan, namun untuk yang lain, kedepannya ? Inilah latar belakang saya menulis artikel mengenai Blacky, siapa Blacky ? berikut di bawah ulasannya...
![]() |
📷by gusdeswr@gmail.com Gambar Ilustrasi |
Nama Blacky, warna hitam secara keseluruhan dan putih pada bagian hidung leher, kaki dan perut. Termasuk jenis ras Bali atau akrab di panggil Kuluk Kacang"(masy. Bali). Penampilannya ramping, mata tajam, tegap dan biasanya ditemukan di setiap daerah di Bali.
Anjing jenis ini, memiliki kebiasaan petarung, mulai dari cara mempertahankan dan memperebutkan wilayah teritorial, makanan, lawan, dan lawan jenis khusus bagi yang pejantan di musim kawin. Anjing jenis ini memiliki daya tahan tubuh kuat, bisa beradaptasi terhadap cuaca, baik panas, maupun hujan. Bisa hidup lama tanpa vaksin, tanpa dogfood, tanpa jalan-jalan rutin/kalung pengenal. Apabila sedang dilanda penyakit, cukup menunggu dia muntah atau sebaliknya ajal yang akan menjemputnya. Mereka biasanya, keluar pagi hari untuk bergabung dan bermain dengan kawanannya, tiduran siang hari di rumah dan keluar lagi sore-malam. Bermain sambil patroli di sekeliling desa atau sekedar nongkrong di gerbang rumah. Hal ini menyebabkan pencuri tidak berani datang, tikus sembunyi, ular berpikir 2 kali untuk masuk pekarangan rumah. Simfoni lolongan mereka saat malam yang membuat "ngeri" sudah cukup biasa. Dari satu desa ke desa lain, ada kelompok anjing yang saling menghormati teritorialnya. Mereka menjaga desa itu, disadari atau tidaknya, baik anjing pemilik atau bukan.
Kemudian sampailah dia "anjing" pada zaman sekarang. Terlantar, terabaikan, dituduh penyebar virus yang mematikan. Bukankah virus ini datangnya dari luar...?atau kita yang kurang memperhatikan dan merawatnya...!ahh.. biarlah. Biarkan virus ini diurus oleh pemerintah dan pihak terkait. Kerasahan saya justru pada keberlangsungan hidup "Kuluk kacang" ini. Sebenarnya sudah banyak organisasi peduli satwa yang menyelamatkan mereka, namun tidak banyak yang membuka pintu rumahnya untuk anjing lokal ini. Maka untuk sementara ini, mereka tetap tidur di kandang, aman dengan perut selalu kenyang, tetapi tidak bahagia.
Secara umum tulisan di atas adalah beberapa hal yang saya kutif dari beberapa artikel. Walaupun tergolong sedikit untuk literaturnya, namun dari apa yang saya baca dan mencoba untuk memahaminya, saya sependapat.
Kemudian pada bagian-bagian selanjutnya, saya akan coba menceritakan kisah "Blacky", anjing yang saya peroleh dari saudara, yang melihat anjing kecil terlantar di jalan, kemudian membawa dan memberikannya kepada saya. Waktu saya dikasi, tanpa berpikir panjang saya langsung menyukainya. Yaa.. karena dia lucu, dan pada waktu itu pula "Dupe" anjing terdahulu yang kami pelihara mati karena sudah tua. Blacky adalah jenis anjing betina, pada saat anak-anak banyak tingkah laku lucu yang dilakukannya, mulai dari tingkah-polah pada saat tidur, menggonggong, pada saat berlari dengan kakinya yang mungil, semua yang bisa saya gambarkan adalah tentang kelucuan pada saat Blacky masih anak-anak.
Pada saat dewasa, saya mulai kepikiran mengabadikan foto-fotonya, salah satunya beberapa foto diatas. Foto ini saya ambil pada saat Blacky mulai dewasa. Selain bentuk fisik yang sudah mulai tambah tinggi, suara menggonggong yang keras dan menggema, pada foto ini juga berisi aktivitas yang sering dilakukan olehnya. Diantaranya tidur dengan pose santai, bermain dengan sesama, dan ada juga momen tertentu yang menarik yang tidak bisa saya gambarkan dan cuma bisa saya ceritakan, diantaranya melompat melompat sambil terbang, aktifitas menggaruk punggung membentuk huruf S, gerakan memutar badan langsung tertidur (tanda dia mau diajak bermain), menggonggong pada saat puja Tri Sandya (jam 6 pagi/sore). Aktifitas ini adalah segala aktifitas yang masih dilakukannya sampai dengan sekarang.
Kemudian cerita yang lain mengenai bagaimana dia tumbuh dewasa, sudah siap kawin dan memperoleh keturunan, tanpa disangka dilema pun terjadi. Blacky mempunyai anak 5, saya namai Blacky juga, secara fisik mirib dengan ibunya. Namun tingkah-polahnya tidak seperti ibunya secara keseluruhan. Hal yg tidak saya sukai, semisal memakan sandal, dan barang yang menarik bagi dia(mainan), pup sembarangan, dan memakan makanan dari tempat sampah, memakan itik tetangga membuat saya harus ekstra di dalam mendidiknya. Semua masalah ini bisa saya atasi. Yaa... Walupun mendidik hewan bisa dikatakan lebih sulit daripada mendidik manusia, butuh kesabaran. Hal-hal seperti memukul, tidak memberikan makanan semalaman, mengikat, itu cara yang wajib saya lakukan, apabila Blacky mulai nakal lagi. Namun masalah terbesar pun itu akhirnya datang pada saat kami kekurangan makanan. Kami hanya bisa memberikan makanan berupa nasi(1 kali sehari), dan kadang kalau ada lebih saya isikan sisa lauk, dan air untuk mempermudah dan menambah nafsu makannya. Melihat situasi seperti ini, ortupun berpendapat beda. Lebih baik anak Blacky di buang, dekat pasar atau dekat keramaian. Mumpung masih kecil. Di awal saya tidak mau, kemudian karena krisis yang berkepanjangan seperti sekarang ini, saya pun akhirnya memilih untuk membuang 2 anak Blacky (cew dan cowo), dengan harapan ada orang yang melihat, dan berbelas kasihan mau merawatnya. Tanpa sepengetahuan ortu pun seminggu sekali saya mengunjungi tempat dmn sy membuang anak Blacky, dengan membawa sebungkus nasi lengkap dengan lauk seadanya dan air. Ini tujuannya supaya bisa mengurangi penyesalan saya tentang keputusan yang saya pilih. Di satu sisi mudahan apa yang saya lakukan bisa membuat anak-anak Blacky bertahan dari segala kemungkinan buruk dunia baru yang dia kenal. Selang beberapa Minggu saya tidak melihat anaknya lagi, mungkin dia sudah diambil orang, untuk sate atau dipelihara. Kemudian hal yang bodoh yang saya pernah lakukan adalah menjual anak Blacky (1) ke seseorang, yang dimana dalam pengakuannya akan menjadikan anak Blacky sebagai santapan hari raya. Model seperti ini pun membuat saya dilema, disatu sisi saya dapat uang, tetapi disisi lain mungkin itu yang terakhir kali saya melihatnya. Tp yang bisa membuat saya tenang dan kuat, yakni pada saat saya pegang anak Blacky (1) dia merasa senang saya ambil, matanya mengisyaratkan silahkan dan terimakasih selama ini dan menyerahkannya ke seseorang yang akan menjadikan dia santapan hari raya.
Hal ini menjadi pelajaran bagi saya, sebisa mungkin kedepannya saya akan merawat sisa (2) anak Blacky, yaa walaupun banyak yang menentang. Hal ini juga melihat pertimbangan disisi lain. Apabila anak Blacky hidup di jalan, dia akan dicap sebagai penyebar penyakit, kemudian ini akan berdampak bagi komunitas anjing-anjing yang lain.
Dari sepenggalan cerita ini membawa dampak besar bagi kehidupan saya, yang akan merubah bahkan memperkuat prinsip hidup saya. Kita harus tetap hidup, saling menjaga, saling membantu, apapun keadaanya, apapun situasinya, karena itu yang dikehendapak alam dan Sang Pencipta kepada kita.
Komentar
Posting Komentar